Sunday, March 14, 2010

GOR Satria pagi ini...

Hari ini aku pengen jalan – jalan. Menikmati hari minggu di purwokerto..kebetulan sugi, temen satu kosanq lagi ga mudik. Lumayan lah ada temen hari minggu ini..biasane aq sendirian.

Sebelumnya aq pengen mendeskripsikan temenku yang satu ini. She’s unique girl. Dia itu buat aku satu dari sedikit perempuan yang masih bener2 alami. Kenapa aku bsa ngomong she’s natural??

Ga lebih ga bukan karena keluguannya dia. Yups, ketika bayak perempuan sibuk buat memoles diri biar keliatan lebih cantik (termasuk aku tentunya!!!) mulai dari belanja make up, perawatan muka n badan, ke salon dan berbagai aktivitas lain, dia jstru g bergeming dari dunianya. Lugu, tapi justru buatku dia bener – bener perempuan istimewa. Indonesia banget lah pokoknya..jarang ada cewek kaya dia sekarang. Cuek, bertahan dalam kesederhanaan ditengah zaman yang semakin menuntut banyak perempuan buat menjadi cinderella.

Balik lagi ke Gor satria..

Seprti yang dulu, hari minggu ada aktivitas seperti biasa. Aerobik massal, pasar rakyat, pameran mobil bekas termasuk berkumpulnya para pecinta reptil yang melata itu.

Trus apa yang istimewa? Mungkin ga ada, tapi ada satu pemandangan kecil yang bikin hati miris. Banyak sekali pengemis teman – teman.. padahal dulu hampir ga ada (ketika pertama kali melangkahkan kaki di Gor Satria). mulai dari anak kecil sampai dengan nenek – nenek. Memang sangat mengganggu kenyamanan jalan – jalanku pagi ini. Tapi bukan itu yang jadi masalah buat aku. Apalah artinya berapa keping ratusan dibanding uang saku ku yang walaupun ga banyak tapi bisa kudapatkan dengan cuma – cuma. Aku hanya menyayangkan, apa kehidupan sebegitu ga bersahabatnya sampai mereka mesti meminta – minta. Padahal banyak dari mereka masih sangat sehat, kalo yang udah renta, aku bisa memakluminya. Lebih miris lagi, waktu ada anak kecil, mungkin sekitar 6 taun kalau ku taksir umurnya meminta uang dengan sedikit memaksa. Bukan paksaan layaknya orang dewasa, tapi layaknya rengekan anak kecil. Tuhan, dimana orang tua yang tega membiarkan anaknya jadi pengemis..mau jadi apa negara ini kalo generasi mudanya terdidik seperti itu???

Aku tak menyalahkan mereka, karena hidup itu memang pilihan. Aku hanya berharap, mereka yang menyebut dirinya pelayan masyarakat mau sedikit membuka mata atas kenyataan yang terjadi sekarang. Sedikit rasa tanggung jawab yang akan membuat keadaan jadi lebih baik. Aku hanyalah warga negara yang tak punya otoritas untuk meminta mereka melakukan sedikit perubahan. Perhatikanlah mereka yang terlihat maupun ga terlihat kemiskinannya. Yah, walaupun aku sedikit menyangsikan kemiskinan mereka yang meminta – minta itu. Di daerah asalku, ada satu desa yang hampir semua penduduknya berprofesi sebagai pengemis. Mereka kaya – kaya, punya sawah, mobil, ternak. Tapi tetap saja menggantungka hidupnya dari ngemis. Alasannya klise, lebih gampang dapet duit dari ngemis. Ga perlu cape, cukup menebalkan muka dan menengadakan tangan bisa dapet duit banyak..Ya Tuhan, inikah jika rasa malu itu sudah hilang? Bukankah sebaik – baik manusia adalah mereka yang dapat bermanfaat buat orang lain??entahlah..

No comments:

Post a Comment