Friday, February 18, 2011

Bandul, tembok, permasalahan, dan memaafkan..

Hari ini aku mendapatkan beberapa pelajaran lagi dari ayah sahabatku. Seperti biasanya saat aku menginap di rumah sahabatku ini, kewajiban shalat subuh berjamaah adalah hal yang harus aku lakukan bersama ayah dan ibunya. Sahabatku ini memang hanya tinggal bersama ayah dan ibunya, plus sama seorang rewangnya. Kakak – kakaknya sudah menikah dan mandiri. Senang nginep di rumah sahabatku, karena orangtuanya udah nganggep aku seperti anak perempuan mereka sendiri. Aku memiliki kebebasan untuk dating dan nginep kapanpun aku mau.
Bagiku keluarga temanku adalah keluarga yang ideal, yah selain keluargaku tentunya. Ayah temanku, pak budiman yang biasa aku panggil bapak adalah sosok yang sangat bijaksana, mampu memandang sebuah persoalan dari sudut yang berbeda dari orang kebanyakan. Darinya aku belajar banyak hal tentang kehidupan, tentang hal – hal yang seringkali lalai aku perhatikan. Ibunya, bu edi adalah sosok yang sedikit bergelombang, tetapi gelombang – gelombang itu mampu dinetralisir oleh sikap bijaksana bapak, jadi sikap bapak itu juga mulai Nampak pada ibu.
Pagi ini, selepas sholat subuh kami duduk sambil ngobrol ringan. Topic obrolan kami saat ini adalah tentang memaafkan. Mungkin kedengaran biasa, tapi yang sekarang aku diajari untuk memandang kata memaafkan dari sudut yang lebih dewasa..ya, maksudku adalah memaafkan yang bukan hanya dalam kehidupan bermasyarakat, tapi juga kehidupan keluarga secara luas.
Bapak memulai topic dengan mengatakan bahwa sebenarnya pertengkaran adalah sebuah hokum sebab akibat..kalian pasti tahu maksudku. Tidak aka nada pertengkaran tanpa ada sebab ataupun akibatnya. Taruhlah sebuah contoh, seorang istri meminta cerai kepada suaminya. Ketika dirunut, asal mula permintaan cerai ini adalah karena suatu pertengkaran internal antara mereka berdua. Banyak hal yang bias menyebabkan, salah satunya adalah factor eksternal dari pihak kedua orang tua si lalki – laki dan si perempuan. Hal tersebut hanyalah sebuah pemicu, sampai akhirnya akan muncul persoalan – persoalan lain yang terpendam dan terlupakan sekian lama. Puncaknya adalah sebuah permintaan cerai seperti yang aku sebut di atas.
Disinilah, peran minta maaf dan memaafkan harus segera dilakukan. Kalau kata bapak si, persoalan kalo bias selesai di kamar jika itu hubungannya dengan masalah pribadi si suami dan si istri. Artinya ga sampai merembet sampai keluar. Minta maaf dan memaafkan, bagi beberapa orang mungkin adalah hal yang sulit, apalagi jika menurutkan ego yang dimiliki. Sering ga kalian berpikir kaya gini “ngapain aku minta maaf, dia yang duluan bikin salah kok” atau mungkin “aku g mau ngalah, gengsi dong. Biarin dia mnta maaf duluan”..
Hmm, akupun sering seperti itu, meskipun belum menikah. Hal seperti itu lazim terjadi pada sebuah hubungan. Jangankan pernikahan, pacaran pun bias jadi seperti itu. Padahal, tanpa kita sadari hal seperti itu membawa imbas yang lebih buruk dari yang kita pikirkan. Lama kelamaan orang akan berubah menjadi egois dan tidak mau mengalah. Kalau hal seperti ini sudah terjadi, masalah ga bakalan pernah selesai.
Permasalahan yang ga diselesaikan tu ibarat sebuah bandul ayunan. Semakin kencang kita menarik maka posisi untuk kembali tenang akan menjadi lama. Tidak mustahil sebelum kembali tenang malah bandul tersebut akan hancur Karena bergerak dengan kecepatan yang tak terkendalikan. Kalau sudah begini, setan pasti bergembira ria karena satu lagi anak manusia sudah takluk pada bisikan mereka. Bapak juga mengatakan, pada hakekatnya, perang itu terjadi antara malaikat dan setan..ketika kita sudah mampu memaafkan atau meminta maaf, paling ga setan tak bisa lagi berdansa di tengah penderitaan yang kita rasakan.
Konflik di dalam keluarga, atau rumah tangga sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Hamper setiap pasangan pernah mengalaminya. Bagaimana memenej kemarahan, tergantung pada masing – masing individu. Kita tinggal memilih, mau menuruti hawa nafsu atau mau jadi manusia yang tenang. Yang perlu diingat, setan sangat pandai memanfaatkan celah lengah manusia. Ketika kita lengah, setan dengan mudah membisikkan berbagai keburukan yang bisa jadi akan menghancurkan kita. Kalaupun kita tidak lengah, bisa saja mereka yang ada di sekitar kita, yang mencintai dan dicintai oleh kita tiba – tiba telah disusupi oleh makhluk ingkar yang satu itu. Tengoklah sekitar, adakah muka yang memerah, nafas yang memburu, jantung yang berdebar ga karuan dan tindakan yang tergesa – gesa? Kalau kalian menemukan yang seperti itu, WASPADALAH!!!! Artinya kalian tengah berada dalam lingkaran setan…hehehe,,lebay yah? Tapi itulah kenyataannya kawan...hati – hati dengan celah yang mungkin saja setan manfaatkan dari diri kalian…jangan sampai kalian menjadi teman abadi mereka.
Memilih untuk menjadi pribadi yang tenang, ga akan ada ruginya. Filosofinya seperti ini…kalian punya uang seribu rupiah. Lipatlah uang tersebut dan masukkan ke dalam saku. Lalu mintalah orang lain mengejekmu..
Apakah uangmu akan berkurang?
Jawabannya tidak..lalu suruhlah orang lain memujimu. Lihatlah apakah uangmu bertambah..tidak juga kan?orang yang tenang seumpama tembok kukuh yang dihantam mobil..mungkin sedikit lecet, tapi lebih hancur lagi si penabrak..
Dan tembok tersebut akan dengan mudah di cat ulang lagi..
Sekian dulu kawan….

No comments:

Post a Comment